Demokrasi Indonesia sudah mati

Memalukan, itulah kata yang tepat untuk ditujukan pada pemerintah saat ini. Pemerintah tak pernah mau belajar dari masa lalu. Baru saja kita mengenang 10 tahun reformasi, peristiwa yang telah memakan banyak korban akibat tindakan kesewenang-wenangan aparat terhadap para demonstran. Dan sekarang kita dikejutkan kembali oleh tindakan yang nyaris serupa, aparat bertindak brutal terhadap para demonstran yang menolak kenaikan harga BBM. Para demonstran dipukuli, ditendang, ditangkap, dan kampus diserbu dan dirusak. Ini mengingatkan kita kembali pada cara-cara yang sering dilakukan pada jaman orde baru. Ini bukan tentang harga BBM, tapi tentang cara yang dilakukan pemerintah dalam menyikapi para demonstran yang menolak kenaikan BBM itu.

Rakyat Indonesia itu bukan seperti anjing yang selalu menuruti kemauan tuannya. Adalah hal yang wajar bila tidak semua rakyat setuju dengan keputusan pemerintah untuk menaikkan harga BBM. Rakyat memiliki hak untuk menunjukkan ketidak setujuannya itu dengan cara berdemonstrasi. Kalaupun pada akhirnya demonstrasi itu mengakibatkan kemacetan lalu lintas dan kerugian lainnya, itu adalah efek yang tidak dapat dihindarkan. Hal ini juga terjadi di negara-negara lain. Tembak kepala saya jika ada demonstrasi yang tidak menimbulkan efek. Demonstrasi adalah bunga-bunga demokrasi. Tidak ada demokrasi tanpa demonstrasi. Demonstrasi adalah salah satu bentuk kemerdekaan berpendapat dimuka umum yang dijamin konstitusi sebagai bentuk penghormatan negara atas HAM.

Rezim otoriter telah bangkit kembali, rezim yang tidak hanya menutup telinga terhadap penentang kekuasaan, tetapi juga bermaksud untuk menggilas segala perbedaan dengan kekuasaan. Pemerintah mulai arogan, pemerintah sudah tidak peduli lagi dengan demokrasi. Demokrasi sudah mati, demokrasi telah dipukul mundur oleh pemerintah melalui para aparatnya.